Menu

Apa ada perbedaan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan ?
1.Pendidikan/penyuluhan kesehatan Masyarakat.
a.Tujuan PKM (Komite Ahli WHO,TRS 156-1958), yaitu :
1) Menjadikan kesehatan sebagai harta atau milik masyarakat yang berharga.
2) Membantu orang (individu) menjadi mampu menjalankan kegiatan-kegiatan demi kepentingannya, secara individu kelompok agar menyadari sepenuhnya makna kesehatan dan berperilaku sehat.
3) Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan sebagaimana mestinya.

Dari tujuan di atas dapat disimpulkan, bahwa tujuan PKM adalah adanya perubahan perilaku manusia untuk mencapai hidup sehat yang diperoleh melalui pengalaman dan proses belajar.

2.Promosi Kesehatan (Health Promotion)
“Promosi kesehatan lahir (emergedout) dari pendidikan kesehatan. Ada alasan untuk itu : Pertama, para penyuluh/pendidik kesehatan masyarakat menjadi lebih sadar tentang perlunya sebuah pendekatan positif dalam pendidikan kesehatan, lebih dari sekedar pencegahan penyakit. Kedua, menjadi semakin nyata bahwa pendidikan kesehatan akan lebih berdaya jika didukung dengan seperangkat upaya seperti legal environment dan regulatory. (Illona KickBush)

Mengapa upaya pendidikan kesehatan saja tidak cukup ? Pendidikan kesehatan mengubah perilaku individu, kelompok dan masyarakat, ternyata tidak cukup meningkatkan derajat kesehatan masyarakat? Karena diluar itu banyak faktor atau determinan mempengaruhi kesehatan, dan berada diluar sektor kesehatan.

Berbagai definisi Promosi Kesehatan, Green and Kreuter (1991) : “Any planned combination of education and environmental supports for action aand conditions of living conducive to health of individuals, group and communities”.

WHO memberikan definisi: “Promosi Kesehatan adalah proses pemberdayaan individu masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan determinan kesehatan mereka”.
Depkes RI merumuskan definisi :”Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijiakan publik yang berwawasan kesehatan”.

Definisi yang dirumuskan Departemen Kesehatan, lebih menggambarkan bawah promosi kesehatan adalah gabungan antara pendidikan kesehatan yang didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga dapat mengontrol determinan-determinan kesehatan.

3. Visi, Misi, dan Ruang lingkup Promosi Kesehatan
Visi promosi kesehatan, merupakan bagian integral dari Visi Indonesia Sehat 2010, maka Visi Promosi Kesehatan ditetapkan : “Perilaku Hidup Bersih & Sehat 2010” atau “PHBS 2010”. Artinya adalah bahwa keadaan dimana individu-individu dalam rumah tangga (kelurga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka :
a. Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain,
b. Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan,
c. Memanfaatkan pelayanan kesehatan,
d. Mengembangkan dan menyelenggarakkan upaya kesehatan bersumber masyarakat.

Misi Promosi Kesehatan, adalah :
a.Membedayakan individu, keluarga dan kelompok-kelompok dalam masyarakat
b.Membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat
c.Mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan serta pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) dalam rangka :
- Mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang berwawasan kesehatan.
- Mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya pemberdayaan masyarakat dalam program-program kesehatan.
- Meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah dengan (masyarakat termasuk LSM)
- Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada khususnya dan bidang kesehatan pada umumnya.

Ruang Lingkup
Promosi kesehatan telah berubah dan menjadi bagian “Era baru kesehatan masyarakat”. Era ini dengan puncak penyelenggaraan konferensi Alma Alta, istilah promosi kesehatan dikukuhkan dan juga untuk untuk pertama kali secara nyata bahwa kondisi fundamental dan sumberdaya untuk sehat adalah : “Perdamaian, Perumahan, Pangan, Pendapatan, Ekosistem yang stabil, kelestarian sumber daya, keadilan sosial dan kesetaraan. Hal ini disebut juga prasyarat dasar (basic prerequisites) untuk kesehatan.

Pada era ini, model kesehatan yang baru yaitu social model of health, mulai diterima, meninggalkan medical model pada model social, masalah kesehatan dilihat lebih pada penyebabnya, bukan semata-mata dengan mengobati penyakit merupakan akibat dari masalah kesehatan. Dengan diterimanya promosi kesehatan sebagai upaya utama kesehatan.

4.Strategi Pomosi Kesehatan
Ada 3 strategi dasar promosi kesehatan yaitu Gerakan Pemberdayaan sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Bina Suasana dan Advokasi. Ke dalam masing-masing strategi harus diintegrasikan semangat dan dukungan Kemitraan dengan berbagai stakeholders. Kesemuanya diarahkan agar masyarakat mampu mempraktekkan perilaku mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya.

a.Pemberdayaan Masyarakat :
Gerakan pemberdayaan pada hakikatnya adalah proses pemberian informasi secara bertahap untuk mengawal proses perubahan pada diri sasaran, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau dan dari mau menjadi mampu mempraktekkan PHBS. Setiap Fase perubahan memerlukan informasi yang berbeda. Tetapi yang paling menentukan adalah fase pertama, dimana kita harus dapat menyadarkan si sasaran bahwa suatu masalah kesehatan adalah masalah bagi yang bersangkutan. (Misalnya, menyadarkan ibu-ibu di desa bahwa perut buncit anak-anaknya adalah masalah). Sebelum ini berhasil dilakukan, maka informasi selanjutnya tidak akan ada artinya (tidak akan digubris).

Kalau ini sudah berhasil dilakukan, maka batu sandungan kedua akan dijumpai pada fase perubahan dari mau ke mampu. Banyak orang sudah mau berperilaku tertentu (misalnya memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas), tetapi tidak mampu melakukan karena tidak adanya dukungan sarana (misalnya tidak punya uang untuk transpor). Nah, disinilah perlu hadirnya Advokasi untuk mengupayakan subsudi dari Pemerintah dan atau bantuan dana dari penyandang dana.

Selain itu, banyak juga dijumpai orang-orang yang “bandel”-yang katanya mau, tetapi tidak kunjung melakukan. Nah bagi mereka perlu dibuat dan diterapkan peraturan perundang-undangan. Untuk itu, Advokasi kepada pengambil keputusan (Bupati/Walikota, DPRD, dll) diperlukan.

b.Bina Suasana
Strategi dasar ke-2  adalah Bina Suasana. Yaitu upaya untuk menciptakan lingkungan sosial yang mendorong perubahan perilaku si sasaran. Menurut teori, perubahan perilaku seseorang akan lebih cepat terjadi, jika lingkungan sosialnya berperan sebagai pendorong, atau penekan (presure).

c.Advokasi
Strategi dasar ke-3 adalah Advokasi. Sebagaimana disebutkan dimuka. Advokasi diperlukan untuk mendapatkan dukungan baik berupa peraturan perundang-undangan, dana maupun sumber daya lain. Advokasi tidak boleh dilakukan alakadarnya, karena advokasi sebenarnya merupakan upaya/proses strategis dan terencana, menggunakan informasi yang akurat dan teknik yang tepat.

d.Kemitraan
Kemitraan adalah suatu kerjasama yang formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi, untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat, dan berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan. Kemitraan inilah yang mendukung dan menyemangati penerapan 3 strategi dasar. Penerapan 3 strategi dasar tersebut perlu metode dan teknik masing-masing yaitu, dengan pendekatan-pendekatan individual, kelompok maupun masyarakat.
Pendekatan individu biasa berupa pemberian informasi dan edukasi, konseling mencari faktor resiko (risk assessment). Terutama untuk pencegahan penyakit. Pendekatan individu lebih cocok dilaksanakan di rumah sakit, praktek dokter, dan bidan serta posyandu dan puskesmas. Pendekatan kelompok biasanya lebih efisien dan efektif serta lebih luas jangkauannya. Metode bermacam-macam seperti ceramah, seminar, lokakarya atau konferensi. Pendekatan massa atau populasi, untuk menjangkau masyarakat luas, metodenya: pemakaian media massa, pengembangan masyarakat, kebijakan publik dan legislasi, pengembangan organisasi.
(Habis)

Referensi :
1)School of Public Health and Tropical Medicine James Cook University 2002. Introduction to Health Education and Health Promotion.

2)WHO, 1986 : The Ottawa Charter for Health Promotion.

3)Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, 1998: Dari Alma Ata ke Deklarasi Jakarta.

4)Green dan Kreuter 1992:
0

Oleh : Abd. Fuad Helmi, SKM., M.Kes
Promotor Kesehatan Dinas Kesehatan Kab. Banggai

I. Latar Belakang
Promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan di Indonesia lebih dikenal dengan penyuluhan kesehatan. Penggunaannya sering berganti-ganti baik untuk pengertian yang sama maupun berbeda, dalam percakapan maupun dalam istilah nomenklatur organisasi. Pada awalnya dikenal HE (Health Education), pendidikan kesehatan masyarakat, penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM).

Sehat dan kesehatan merupakan keadaan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Blum (1974) menyatakan, bahwa kesehatan sedikitnya dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu : Keturunan, Pelayanan Kesehatan, Perilaku dan Lingkungan. Faktor perilaku dan lingkungan merupakan faktor dominan pengaruhnya terhadap pencapaian derajat kesehatan. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan diperlukan untuk menanggulangi atau mengatasi masalah-masalah kesehatan yang yang banyak disebabkan oleh faktor perilaku dan lingkungan.

Perkembangan selanjutnya, faktor perilaku dan non perilaku akan mempengaruhi pencapaian kesejahteraan manusia. Faktor non perilaku inilah antara lain : Pendidikan, Perdamaian, Ekonomi, Perumahan, perlindungan sosial, kemiskinan, pengangguran, kriminal, pangan, pendapatan dll, yang merupakan prasyarat atau determinan yang ada diluar sektor kesehatan mempengaruhi pencapaian derajat kesehatan individu dan masyarakat. Untuk mendukung menanggulangi masalah kesehatan dan determinan diluar kesehatan perlu upaya yang lebih luas dengan promosi kesehatan.

II. Konsep Sehat
     Pengertian sehat mengandung banyak muatan sosial, kultural/budaya, dan pengertian ilmiah profesional. Dari sudut pandang kedokteran, sehat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Seseorang disebut tidak sehat, apabila sedang menderita kesakitan dan penyakit, padahal pada kenyataannya tidak sesederhana itu. Sehat harus dilihat dari berbagai aspek.

III. Determinan Kesehatan
     Kini makin disadari, kesehatan dipengaruhi oleh determinan-determinan sosial dan lingkungan, fisik dan biologi. Determinan sosial yang mempengaruhi kesehatan antara lain :
Kesenjangan sosial. Masyarakat dengan kelas sosial ekonomi rendah, biasanya sangat rentan dan berisiko terhadap penyakit, harapan hidup juga rendah.
  1. Stress. Stres merupakan keadaan psikologis/jiwa yang labil, kegagalan menanggulangi stress baik dalam kehidupan sehari-hari dirumah dan lingkungan kerja akan mempengaruhi kesehatan seseorang.
  2. Pengucilan sosial. Kehidupan di pengasingan, perasaan terkucil akan menghasilkan perasaan tidak nyaman, tidak berharga, kehilangan harga diri, akan mempengaruhi kesehatan fisik, dan mental.
  3. Kehidupan dini. Kesehatan masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di awal kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat, dukungan emosi kurang baik pada awal kehidupan, akan memberikan dampak kesehatan fisik, mental dan kemampuan intelektual masa dewasa. 
  4. Pekerjaan. Stress ditempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian. Syarat-syarat kesehatan ditempat kerja akan membantu meningkatkan derajat kesehatan.
  5. Pengangguran. Pekerjaan merupakan penopang biaya kehidupan, jaminan pekerjaan mantap akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, bagi diri dan keluarganya. 
  6. Dukungan sosial. Hubungan sosial, persahabatan, kekerabatan yang baik akan mendukung memberikan dampak kesehatan yang baik dalam keluarga dan juga ditempat kerja.
  7. Penyalahgunaan NAPZA. Pemakaian napza merupakan faktor yang memperburuk kondisi kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan. Napza/narkoba, alkohol, dan rokok akan memberikan dampak buruk terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.
  8. Pangan. Ketersediaan pangan, pendayagunaan penghasilan keluarga untuk pangan, cara makan berpengaruh terhadap kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Kekurangan gizi maupun kelebihan gizi berdampak terhadap kesehatan dan penyakit.
  9. Transportasi. Transportasi yang sehat, mengurangi waktu mengendarai, meningkatkan aktifitas fisik yang memadai akan baik bagi kebugaran dan kesehatan. Mengurangi waktu tempat dalam kendaraan akan mengurangi polusi pada manusia.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi, revolusi komunikasi, peradaban manudia juga berkembang, kata determinan-determinan yang mempengaruhi kesehatan senantiasa berubah, misalnya : perang, perdagangan senjata, seks bebas dan eksploitasi seks pada remaja, pengerahan tenaga kerja dll. Kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar, ilmu kesehatan masyarakat (IKM) telah mengalami perkembangan sejak mulai dikenal sejak awal abad 19. Perkembangan IKM mengikuti perkembangan pola penyakit di masyarakat. Bersamaan dengan berkembangnya IKM, berkembang pula konsep pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan. IKM pada abad 19 difokuskan pada resiko-resiko kesehatan yang ditimbulkan oleh udara, air, dan makan serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh pengaruh buruk lingkungan. Pengetahuan tentang sebab musabab timbulkan penyakit masih terbatas.

Penyakit dihubungkan dengan lingkungan dan mistis. Abad 19 dan awal abad 20, mulai ditemukan bakteri, virus dan mikroorganisme sebagai penyebab penyakit. Ditemukan pula dasar imunologi, mulai ditemukan vaksin dan obat antibiotika. Tahun 1920, Winslw memberikan definisi (pengertian) ilmu kesehatan masyarakat :
  
“Ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup dan meningkatkan kesehatan fisik melalui upaya-upaya masyarakat yang meluputi upaya kesehatan lingkungan, penanggulangan penyakit menular, pendidikan kesehatan pada individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan kedokteran dan keperawatan untuk diagnosis dan pengobatan dini, serta menggerakkan masyarakat agar setiap individu terjamin standar kesehatan yang layak dalam memelihara kesehatannya.”

Pengertian tersebut menekankan pada kesehatan lingkungan, pelayanan kedokteran, pencegahan dan penyadaran masyarakat dengan pendidikan kesehatan diarahkan agar individu dan kelompok mampu menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan, melakukan imunisasi, maupun mengobati penyakitknya secara dini.

Pola penyakit pun telah berubah terutama di dunia barat pada paruh kedua abad 20. Terjadinya pergeseran pola penyakit yang disebabkan infeksi ke pola penyakit yang disebabkan gaya hidup, dan lingkungan yang buruk. Sehubungan dengan hal itu, terjadi pergeseran pada IKM, yang lebih memfokuskan pada pendidikan kesehatan untuk menghindari perilaku-perilaku berisiko seperti merokok, diet rendah serat, serta kedokteran seperti skrining dan deteksi dini penyakit.

Pendidikan kesehatan mendapat perhatian penting, karena semakin disadari akan faktor-faktor risiko terjadinya penyakit serta konsekuensi sosial, ekonomi yang ditimbulkan termasuk anggaran dan pengobatan. Tahun 1980-1990an, tampak pendidikan kurang dapat menjawab tantangan perubahan perilaku. Karena itu perlu pendekatan lebih komprehensif mengubah perilaku dan pemanfaatan sumberdaya untuk kesehatan.

IV.Kesehatan Dasar (Primary Health Care)

Ruang lingkup pelayanan kesehatan dasar, meliputi : Acute Primary Care, Health Education, Health Promotion, Diseases Surveillance and Monitoring, Community Development. Dengan demikian pelayanan kesehatan dasar memberikan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
  
WHO menekankan seperangkat kegiatan minimal yang harus dilaksanakan dalam pelayanan kesehatan dasar, dan beberapa diantaranya sangat berkaitan dengan determinan kesehatan. Kegiatan tersebut antara lain:

  1. Pendidikan kesehatan untuk mengenal masalah kesehatan dan cara-cara untuk mencegah dan menanggulangi.
  2. Peningkatan ketersediaan pangan dan gizi (Nutrisi).
  3. Penyediaan air bersih dan kebutuhan sanitasi dasar.
  4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana.
  5. Imunisasi.
  6. Pencegahan dan penanggulangan penyakit endemik lokal.
  7. Pengobatan yang memadai untuk penyakit-penyakit umum dan kecelakaan.
  8. Penyediaan obat essensial.


V. Promosi Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan

Perkembangan kesehatan masyarakat, mengantarkan kita pada pemahaman mengapa ada promosi kesehatan dan perlunya promosi kesehatan. 

0

Author

authorHello, Saya Yunita Puspitasari Uda'a, kalian bisa memanggil saya Yuyun.
Learn More →



About Us

Labels